بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: Tumpukan Uang di Kebakaran Ruko Muara Karang
Go Green

Clock Link

Thursday, May 24, 2012

Tumpukan Uang di Kebakaran Ruko Muara Karang




INI VIDEONYA:


"Merenung nasib tragis 3 anak kecil korban kebakaran ruko.."

Knologi kejadian:
kira2 jam 10 malam.listriik mati sesaat. selang 5 menit tetangga seorang ibu teriak2 ada kebakaran.
saat beberapa warga dan saya kelokasi api sudah besar, asap hitam mengepul pekat, tdk lama 3 anak kecil memelas minta tolong sambil memegang teralis yg tertutup rapat.
menerobos masuk dari lt dasar tdk mungkin. pilihan naik ke lt 2 dari depan. 
suara 3 anak kecil makin merintih kesakitan karena panas. sang ibu masih dapat bertemu dgn anaknya lewat ruko sebelah.
mereka bepegang hanya dpt berpegang tangan memohon pertolongan dgn ketakutan menyebut Mama...mama...segala upaya mendobrak teralis sia2.
saat itu blom datang mobil pemadam. mencoba manjat ke lt 3 pun teralis terkunci.
waktu makin sempit. api lt 2 makin besar, besi teralis semakin panas. teriakan 3 anak keci.
akhirnya kami pasrah lidah2 api menjulur keluar teralis. menyaksikan dgn kejadian api membakar tubuh 3 anak yg satu persatu tumbang.
disaksikan para warga dan seorang ibu anak tersebut tewas mengenaskan.
pemadam datang setelah 3 anak itu terpanggang hidup2,"


Jakarta Berita kebakaran di Muara Karang yang menewaskan 3 kakak beradik, Rabu (16/5) membuat gempar. Namun bukan soal kebakarannya, melainkan adanya berita dugaan petugas pemadam kebakaran yang terlambat datang karena terdapat negosiasi harga serta petugas tersebut tidak membawa air saat datang ke lokasi.

Hal tersebut disinyalir yang menjadi penyebab kematian 3 kakak beradik tersebut. Adalah Paulinus Tjoeng Riang (43), Ketua RT setempat yang diduga menyebarkan informasi tersebut. Paul membenarkan dia mem-broadcast pesan di grup BlackBerry Messenger (BBM) guna menetralisir pernyataan yang tidak benar. Sayangnya pesan asli Paul diutak-atik orang tak bertanggung jawab sehingga pesan yang tersebar melenceng dari aslinya.

"Itu bukan tulisan saya, pernyataan saya, broadcast saya kepada teman-teman, saya kan hanya menetralisir pernyataan-pernyataan yang tidak benar. Saya ada di TKP waktu itu, dan pintu dalam keadaan terbuka. Kalau ada yang menyatakan dari pihak mana pun bahwa pintu itu terkunci, salah besar. Dari awal pun saksi yang pertama melihat, ada ibu itu buka pintu, minta tolong," ujar Paul saat ditemui detikcom di kediamannya Jl Muara Karang blok 4 Z8 Utara No 36, Penjaringan, Pluit, Jakarta Utara, Selasa (22/5/2011).

Paul yang juga memiliki toko optik ini mengaku tidak berada langsung di tempat kebakaran pada saat api menyala.

"Saya sebenarnya datang agak telat, karena saya belum ada di lokasi sejak awal. Rumah di sini, tapi pada saat itu saya tugas di luar. Baru 5 menit kemudian saya datang," tambahnya.

Lokasi kebakaran terletak satu deretan dengan rumahnya yang merupakan ruko tempat penjualan sembako. Pada saat Paul datang, tim Damkar masih belum tampak di lokasi. Ketika petugas damkar datang pun, ia tak memperhatikan. Apalagi melihat tim Damkar membawa air atau tidak.

"Saya fokus di lantai 2 untuk evakuasi korban yang terjebak," kata Paul.

Mengenai isi broadcast, Paul mengaku hanya membantu untuk menetralisir berita yang sudah berkembang mengenai kronologi terjadinya kebakaran. Namun ia mengaku bukan pihak yang menyatakan bahwa pihak Damkar telat datang karena negosiasi harga.

"Isi broadcast kan bisa ditambah, bisa dikurangi," ucapnya.

Kepala Dinas Damkar dan PB DKI Jakarta, Paimin Napitupulu, saat jumpa pers di Restoran Bundo Sati, Jl Ridwan Rais, Jakarta, Senin (21/5) kemarin mengatakan petugas datang ke lokasi setelah 12 menit mendapat laporan dari warga. Diketahui, kebakaran tersebut terjadi pada pukul 21.45 WIB.

"Kita dapat laporan pukul 22.00 WIB dan 12 menit kemudian kita datang, dan api sudah besar," ujarnya.

Dikatakan Paimin, besarnya kebakaran akibat ruko tersebut menyimpan bahan yang mudah terbakar, seperti obat nyamuk hingga hair spray. Karena berembus kabar miring yang antara lain tentang negosiasi harga dengan petugas Damkar saat melapor, Ketua RT setempat bernama Paul yang ditengarai mem-broadcast pesan bisa memberikan klarifikasi hingga Rabu (23/5) besok.

Menurut data pihak Damkar, kebakaran tersebut menewaskan Ivan (10), Melina (12), dan Melisa (14). Melina dan Ivan diketahui tewas di lokasi kebakaran. Sedangkan Melisa meninggal di RS Atmajaya, Pluit.

"Kebakaran. Terjadi di muarakarang penjaringan yg menewaskan 3 anak, ini juga di sebabkan karena mobil pemadan terlambat datang karena mereka minta negosiasi harga, sedangkan jarak dari t4 kebakaran ke tempat mobil pemadan cuma berjarak sekitar 200m, dan setelah sampai pun mobil kosong tidak membawa air (tolong di forward ke semua contact kalian biar sampai ke presiden) hari gini masih ada koruuuuuuuupsi TOLONG SEBARKAN BERITA INI"



VERSI PEMADAM

Tumpukan Uang di Kebakaran Ruko Muara Karang

Dinas Pemadam meminta orang yang menyebarkan informasi bohong itu untuk mengklarifikasi.

VIVAnews - Kabar tidak sedap yang muncul di media sosial mengenai upaya negoisasi harga petugas pemadam kebakaran saat terjadi kebakaran di rumah toko (ruko) Muara Karang Blok Z-8U RT 11 RW 03, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, dibantah keras Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta.
Bahkan, guna menghindari fitnah serupa, Kepala Dinas Damkar dan PB DKI Jakarta, Paimini Napitupulu, berencana mempolisikan pelaku penyebar informasi bohong itu. Tapi sebelumnya, Ia meminta kepada orang yang menyebarkan informasi bohong itu untuk mengklarifikasi hingga Rabu, 23 Mei 2012. 

"Jika tidak diklarifikasi, akan melapor ke Polda Metro Jaya," kata Paimin, Senin, 21 Mei 2012. 

Paimin meminta kepada penyebar informasi bohong itu mengklarifikasi terkait tiga kabar bohong mengenai kebakaran yang terjadi di Muara Karang. Pertama, soal negosiasi petugas yang meminta bayaran, keterlambatan penanganan kebakaran, dan kabar bohon lain yang menyebutkan bahwa tiga mobil pemadam yang datang tidak membawa air. 

"Kami hanya berbicara 3 menit saat warga memberikan informasi soal kebakaran. Setelah itu langsung berangkat, dan mana bisa terjadi negosiasi. Ini sudah klarifikasi dengan anggota Polsek yang menjemput petugas, dan itu tidak benar," katanya. 

Terkait dengan lokasi kebakaran yang hanya berjarak 200 meter dari pos pemadam, Paimin tidak membantah. Tapi untuk menuju lokasi mobil pemadam harus berputar karena ada tembok pembatas dan kali di sekitar lokasi kejadian. 

"Mobil pemadam harus berputar 600 meter. Petugas langsung bereaksi setelah menerima laporan kebakaran," katanya.

Sedangkan soal keterlambatan, karena petugas baru menerima laporan pada pukul 22.00 WIB, sementara kebakaran terjadi pukul 21.45 WIB. Dan mengenai informasi tentang mobil pemadam yang tidak membawa air, dianggap Paimin sebagai informasi yang bohong. 

Sesuai standar operasional, tangki mobil pemadam harus berisi penuh selama 24 jam. Dimungkinkan, ada warga yang melihat mobil kosong setelah mobil pemadam bekerja dan kemudian mencari air untuk disuplai lagi. 

Dijelaskan Paimin, saat kebakaran terjadi, api yang menghanguskan lantai tiga ruko dengan cepat membesar karena di lantai satu merupakan tempat menjual sembako dan bahan-bahan yang mudah terbakar. Petugas sempat kesulitan untuk menyelamatkan tiga korban yang terjebak di dalam ruko karena seluruh jendela dan pintu terhalang teralis serta dalam kondisi terkunci.

Saat itu, petugas sempat menemukan korban selamat di dekat jendela setelah berhasil menjebol teralis dan langsung membawanya ke Rumah Sakit (RS) Atma Jaya. Tapi korban tidak tertolong dan meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit. 

Kemudian, korban kedua dan ketiga ditemukan meninggal di lokasi kejadian. Ketiga korban tewas dalam kebakaran itu yakni, Ephan Seno (7), Melani Seno (11), dan Neli Seno (12).

Ketika memadamkan api, petugas pemadam juga menemukan tumpukkan uang dan emas yang langsung diserahkan ke ketua RT dan disaksikan petugas kepolisian. 

"Jadi, kalau dibilang kami bernegosiasi meminta sejumlah bayaran kami tidak terima," kata Paimin. (eh)

No comments:

Post a Comment