بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: 10 Pernikahan Paling Dikenang dalam Film (Bagian #2)
Go Green

Clock Link

Sunday, March 18, 2012

10 Pernikahan Paling Dikenang dalam Film (Bagian #2)

sumber: http://viruspintar.blogspot.com/2012/01/10-pernikahan-paling-dikenang-dalam.html


4. My Big Fat Greek Wedding (2002)



Film ini dimulai dengan kegusaran Toula (Nia Vardalos) terhadap keluarga besarnya yang mementingkan tradisi Yunani dengan berlebihan. Termasuk kewajiban bagi wanita lewat 30 tahun untuk kimpoi (dengan pria Yunani) dan punya anak sebanyak-banyaknya.

Sehari-hari, Toula mengelola restoran keluarga. Suatu hari, restoran kedatangan tamu tampan, Ian Miller (Joh Corbett) yang dengan segera merebut hati Toula. Segera wanita biasa-biasa itu mengubah penampilannya, bahkan haluan karier. Ia kuliah, ambil kursus komputer, dan meninggalkan piring dan gelas dengan menjadi pengurus biro perjalanan punya tantenya.

Dengan perubahan itu, hidup Toula jadi lebih bergairah. Ia bahkan akhirnya memikat hati Miller. Tapi, seperti Toula, Ian juga punya masalah soal jodoh. Dari semua wanita, hanya dengan Toula ia merasa pas. Masalahnya, Ian bukan pria Yunani. Sayang pula Toula bukan wanita Amerika. Kedua keluarga awalnya keberatan.

Tapi siapa sih yang bisa menghalangi jodoh? Perbedaan budaya antara keluarga Toula dan Ian menjadikan film ini sangat kocak. Film ini menyadarkan pernikahan bukan semata mengikat suami-istri tapi juga dua keluarga besar yang bisa saja berasal dari latar belakang berbeda. Bagi kita di Indonesia yang terdiri dari beragam suku, persoalan di film ini jadi terasa akrab. Inilah film bagus yang mampu melintasi sekat budaya penontonnya.


3. Moonson Wedding (2001)


Sutradara Mira Nair mengajak serta penonton ke akar masyarakat dari mana ia berasal, India. Namun, yang ditengok Nair bukan film Bollywood. Ia menyuguhkan kita tontonan yang lebih intim, lebih humanis daripada film berbujet besar dari Bollywood yang mendayu-dayu.

Hasilnya adalah sebuah film yang dipuja di banyak belahan dunia karena memotret masyarakat kelas menengah India yang multikultur dengan jenial. Peristiwanya mengambil tempat di Delhi, ketika pasangan orangtua kelas menengah (Lillete Dubey dan Naseerudin Shah) bekerja keras mempersiapkan upacara jelang pernikahan putri mereka (Vasundhara Das). Pengantin pria terbang dari Houston, Texas; kerabat lain terbang dari Australia.

Pernikahan itu tentu saja, telah diatur. Tapi, perjodohan kuno bagi masyarakat modern ini ternyata memungkinkan cinta yang lestari. Dengan fasih, Nair membuat film tentang perayaan baik di layar maupun di luar layar dengan segala puja-puji atas hasil kerjanya.


2. Melancholia (2011)

Ini film baru. Film yang jadi pembicaraan di ajang Festival Cannes tahun ini dan menghantarkan Kirsten Dunts sebagai Aktris Terbaik (yang membuatnya digadang jadi jagoan Oscar tahun depan).

Saya menontonnya belum lama ini. Dan buat saya, ini satu dari sedikit film yang meninggalkan jejak mendalam di benak saya. Bayangkan ini, dunia diambang kiamat karena ada sebuah planet yang siap menabrak bumi. Namun, masih ada yang menikah.

Film ini dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama menyoroti momen pernikahan Justine (Dunts) dan Michael (Alexander Skarsgard) yang dibiayai kakak Justine, Claire (charlotte Gainsbourg) dan suaminya John (Kiefer Sutherland). Adegan pernikahan berlangsung panjang dan alih-alih terlihat indah malah membuat perasaan penontonnya tak nyaman karena dipenuhi berbagai kejadian tak mengenakkan.

Saat pernikahan berakhir, Anda bakal makin tertekan karena planet makin dekat menghantam bumi. Menonton karya gemilang Lars von Trier ini Anda dijamin merasa depresi. Inilah feel bad movie terbaik buat saya.


1. The Godfather (1972)


Inilah momen pernikahan terbaik yang pernah terekam pita seluloid. The Godfather, salah satu film terbaik yang pernah dicipta manusia di bumi, dimulai dengan momen pernikahan. Sang kepala mafia Vito Corleone (Marlon Brando) menggelar pernikahan putrinya, dan sudah jadi tradisi bagi ayah pengantin untuk memberi bantuan bagi siapapun yang meminta bantuan padanya.

“Tidak ada orang Sisilia yang bisa menolak permintaan di hari putrinya menikah,” kata anak adopsinya, Tom. Saat sang Don menerima permintaan untuk mengurus ini itu terkait statusnya sebagai kepala mafia, di luar berlangsung resepsi pernikahan yang meriah. 

Selayaknya pernikahan betulan, banyak kerabat datang, menari dan menyanyi lagu tradisional, memotong kue, dan berfoto bersama. Yang paling jenius buat saya, sutradaranya, Francis Ford Coppola menjadikan momen pernikahan itu untuk mengenalkan karakter utama filmnya, Vito, Connie, Michael, Sonny, Tom serta kalimat paling dikenang dari film ini, “an offer he couldn't refuse—tawaran yang tak mungkin ditolaknya.” 

No comments:

Post a Comment