VIVA.co.id – Pihak berwenang Arab Saudi menangkapi lebih dari 20 ulama dan intelektual yang membangkang dan tak sependapat dengan pemerintah. Kabar tersebut disampaikan oleh kelompok aktivis.
Diberitakan oleh BBC, ulama terkenal Salman al-Odah dan Awad al-Qarni termasuk mereka yang ditangkapi oleh pemerintah sepanjang pekan ini. Sejauh ini, belum ada konfirmasi resmi dari pemerintah Saudi.
Tapi pada Selasa kemarin, media pemerintah mengatakan, pihak berwenang telah menangkap sekelompok orang yang 'bertindak atas nama kelompok asing melawan keamanan kerajaan.'
Media tersebut tak menyebut siapa saja yang ditangkap, namun sumber keamanan mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa mereka ditangkap karena melakukan kegiatan spionase dan berhubungan dengan entitas dari luar kerajaan, termasuk dengan kelompok Ikhwanul Muslimin.
Ikhwanul Muslimin, adalah sebuah gerakan Islam sudah disebut sebagai organisasi teroris oleh Arab Saudi. Organisasi ini disebut-sebut sebagai sumber perselisihan antara Arab Saudi dan Qatar. Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan dengan Qatar pada bulan Juni, dan menuduh Qatar mendukung kelompok teroris regional. Qatar mengakui bahwa mereka telah memberikan bantuan kepada Ikhwanul Muslimin, namun membantah membantu para pejihad yang terkait dengan al-Qaeda atau yang disebut Negara Islam (IS).
Salman al Odah, dikenal karena pandangan religiusnya yang ekstrim. Ia dipenjarakan dari tahun 1994 sampai 1999 karena mengagitasi perubahan politik. Odah adalah seorang ulama populer dengan 14 juta pengikut di Twitter. Sedangkan Awad al Qarni, yang ditahan di kota selatan Abha, dilaporkan telah meminta hubungan yang lebih baik dengan Qatar. Di akun Twitter-nya, yang memiliki dua juta pengikut.
Pada hari Rabu, aktivis HAM juga mengedarkan daftar tokoh lain yang mereka percaya telah ditahan, termasuk beberapa ulama, akademisi, presenter televisi dan penyair lainnya. Beberapa tidak memiliki hubungan yang jelas dengan Islamisme atau sejarah penentangan yang jelas terhadap monarki Saudi.
Perang memberantas terorisme dilakukan besar-besaran oleh pemerintah Arab Saudi sejak sepuluh tahun terakhir. Aksi resmi dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri Saudi yang mendesak warga Saudi untuk melaporkan komentar mengenai media sosial yang mempromosikan "gagasan teroris atau ekstremis" melalui sebuah aplikasi telepon yang diluncurkan tahun lalu.
Sementara Jaksa penuntut umum mengingatkan melalui akun Twitternya, bahwa mereka yang "merugikan reputasi atau status negara" merupakan pelaku "kejahatan teroris".
Penangkapan tersebut juga dikaitkan dengan rencana aksi yang dilakukan oleh kelompok oposisi yang menamakan dirinya Gerakan "15 September." Kelompok ini mengeluarkan seruan untuk melakukan demonstrasi damai pada hari Jumat ini, 15 September 2017, untuk mendesak pihak berwenang untuk segera mengatasi kemiskinan, meningkatkan hak-hak perempuan dan membebaskan tahanan politik. Protes dilarang di Arab Saudi.
No comments:
Post a Comment