بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Rochmany's Blog: 03/02/15
Go Green

Clock Link

Monday, March 2, 2015

Untuk Bertahan Hidup Jack Savage harus Pakai Rompi Senilai Rp140 Juta


Kabar24.com, JAKARTA— Jack Savage, 3, harus menggunakan untuk rompi agar terus bertahan hidup.

Rompi itulah yang membuat dia bisa bernapas. Kisah unik itu bermula saat Jack Savage didagnosis menderita penyakit pernafasan, bronkiektasis.

Seperti dilansir Mirror.co.uk, Jumat (27/2/2015), keluarga Jack Savage harus membayar rompi canggih itu. Rompi kesehatan tersebut seharga 7000 poundsterling atau setara dengan Rp140 juta.

Jack Savage yang berasal dari Nort Tyneside menderita penyakit tersebut sejak lahir. Saat itu dokter menyadari ada yang tidak sesuai dalam organ Jack Savage. Bocah itu kemudian didiagnosis mengidap gangguan perkembangan pada beberapa bagian tubuh.

Rebecca Napier mengutarakan rompi tersebut sangat membantu Jack Savage.

“Kami telah melakukan percobaan padanya selama tiga bulan terakhir, dan hasilnya sangat menakjubkan. Sekarang dia tidak perlu setiap hari ke rumah sakit untuk menangani kesulitannnya dalam bernapas,” ujarnya.

Rebecca menambahkan selain membantu anaknya bernapas, rompi kesehatan itu juga mampu memijat bagian dada.

“Alat ini membersihkan jalan napasnya, menghilangkan bakteri, dan tentu membantunya bernapas,” tambahnya.

Tak Mampu Bayar Gaji, Kampus ISI Yogya Dijual di OLX

Tak Mampu Bayar Gaji, Kampus ISI Yogya Dijual di OLX


VIVA.co.id - Keluarga besar kampus Institut Seni Indonesia (ISI) dan warga Yogyakarta dihebohkan dengan kabar tentang dijualnya kampus pencetak pelaku seni itu di dunia maya.

Setelah dikejutkan dengan penjualan pulau yang masuk wilayah NKRI melalui media internet, kini masyarakat Yogyakarta juga dihebohkan dengan munculnya iklan di sebuah situs toko online yang menawarkan penjualan gedung kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. 

Situs toko online yang menjual kampus yang terletak di Jalan Parangtritis Km 6,5 Kabupaten Bantul, Yogyakarta adalah www.olx.co.id dengan harga Rp1 miliar. 

Penjualan kampus ISI ini dilakukan oleh seseorang yang memiliki akun isi_jogja. Dalam iklan tersebut tertera keterangan bahwa dijual cepat sebagian atau keseluruhan kampus ISI. 

Iklan yang disertai foto kampus ISI itu sudah muncul selama dua hari terakhir ini. Pada bait promosinya, juga disebutkan alasan menjual, bahwa:

ISI tengah membutuhkan dana secepatnya untuk membayar gaji karyawan honorer/kontak, sebab kehabisan anggaran, sehingga tidak bisa membayar gaji semua karyawan honorer/kontrak walaupun gaji di bawah UMR. 

Selain itu, diberikan keterangan, yang dijual diutamakan sebagian saja dan yang belum ada bangunan/gedungnya, tapi jika ada pembeli yang berminat membeli beserta gedung/bangunan (atau mungkin beserta isi bangunan), asal harga cocok bisa dibicarakan.

Kalau bahkan ada yang berminat membeli keseluruhan kampus ISI, asal harga cocok, bisa dibicarakan juga.

Pengiklan juga menyertakan nomor telepon 0274379133 dan 0274373659. Serta untuk peminat diharap datang langsung ke gedung rektorat baru ISI Yogyakarta.

Terkait iklan itu, Humas ISI Yogyakarta Sardjiman menegaskan, iklan tersebut tidak benar dan masyarakat tidak perlu menanggapinya. "Saya belum lihat iklan itu. Jika memang ada dipastikan hanya "hoax", katanya, Minggu 1 Maret 2015.

Secapatnya, kata Sardjiman, kasus tersebut akan segera dilaporkan ke rektorat agar segera ditindaklanjuti. "Segera saya laporkan ke Rektorat," katanya.

Siap Jual Batu Berlafaz Allah dengan Harga Fantastis

Pemuda asal Matangkuli, Aceh Utara, menemukan sebuah batu yang bertuliskan lafaz Allah, Senin (2/3). Batu jenis Cempaka Madu tersebut belum dijadikan batu cincin, namun sang penemu akan menyimpannya sebagai koleksi pribadi. Foto: Zubis/Rakyat Aceh/JPNN.com

jpnn - LHOKSUKON - Azhar, seorang pemuda  Matangkuli, Aceh Utara, memiliki batu mulia bertuliskan  lafaz Allah.
Batu jenis ‘cempaka madu’ tersebut belum dijadikan batu cincin dan akan disimpan sebagai koleksi pribadinya.

Azhar kepada Rakyat Aceh (Grup JPNN), Minggu (1/3), mengatakan dan meyakini batu bertuliskan lafaz Allah tersebut bukan hasil ukiran tangan manusia. Itu sebabnya pemuda ini akan mengoleksi batu unik ini. Beberapa sejawatnya, telah berupaya mentaklukkan hati Azhar agar batu tersebut dijual saja.

Namun, pemuda tersebut berencana tak akan menjual batu ini, kecuali dengan harga yang fantastis.
“Kalau maharnya murah, lebih baik saya simpan saja. Tetapi kalau nilainya tinggi tentu akan kita pertimbangkan lagi,” beber Azhar, di sebuah warung kopi di Lhoksukon.

Batu seukuran seper lima telapak tangan lelaki dewasa itu, dibeli Azhar dari penjual batu giok di pusat pasar Kota Lhoksukon, beberapa waktu lalu. Pemuda tersebut meyakini, sang penjual sama sekali tak memperhatikan kalau batu yang dimaksud memiliki ciri khas unik. (zub)

Malingnya Kesal, Gaun Seharga Rp 13 M Dikembalikan

Lupita Nyong

jpnn- HILANGNYA gaun Lupita Nyong'o yang disebut-sebut senilai Rp 13 miliar, sempat menggegerkan publik Kamis lalu (26/2).

Gaun bertabur mutiara yang dikenakan pada malam penganugerahan Oscar 2015, Minggu (22/2), itu disadari hilang pada Rabu malam di The London Hotel, tempat Lupita menginap.

Eh, hanya dalam tiga hari, gaun tersebut "dikembalikan" oleh pencurinya. Minggu (1/3) gaun rancangan Francisco Costa dalam brand Calvin Klein tersebut ditemukan di kamar mandi rusak di lantai 2 hotel yang sama.     

Seorang penelepon tak dikenal menghubungi TMZ, media entertainment ternama. Dia memberi tahu lokasi gaun itu. Dibungkus dengan kantong garmen, gaun Calvin Klein tersebut diletakkan di kamar mandi. Polisi segera menanggapi laporan itu dan benar-benar menemukan baju tersebut di sana.
"Penelepon mengatakan sudah mencoba menjual dua butir mutiara ke distrik garmen di pusat Kota LA (Los Angeles). Tapi, ternyata palsu," ungkap salah seorang sumber di TMZ.

Para pencinta fashion pasti sudah sepakat bahwa gaun itu membuat Lupita terlihat sangat cantik dan classy pada perhelatan Oscar 2015 tersebut. Bertabur 6.000 kristal mutiara dengan berbagai ukuran pada kain sutra, gaun tersebut disebut-sebut sebagai karya seni yang tak ternilai harganya.

Mutiara-mutiaranya diklaim berjenis white akoya pearl. "Untaian mutiara alami dengan besar dan kualitas seperti itu paling tidak bernilai USD 10 ribu (sekitar Rp 130 juta, Red) di pasaran," ungkap Heidi Cohen, direktur penjualan American Pearl.

Artinya, baju tersebut bisa bernilai USD 1 juta (sekitar Rp 13 miliar) secara keseluruhan. Bahkan, kalau dilelang, nilainya bisa berlipat-lipat hingga sepuluh kalinya.

Mengaku Muslim, WN Prancis Terpidana Mati Temui Kiai



http://www.jpnn.com - CILACAP - Warga negara (WN) Prancis yang menjadi terpidana mati dan menjadi penghuni Lapas Pasir Putih Nusakambangan, Serge Areski Atlaoui yang menghuni pekan lalu menemui koordinator pesantren warga binaan pemasyarakatan se-Nusakambangan, KH Hasan Makarim. Terpidana mati itu menemui Kiai Hasan yang selama ini menjadi rohaniawan pendamping terpidana tersebut.
Menurut Hasan, dalam pertemuan itu Serge mengaku beragama Islam. "Habis salat dia nemuin saya dan mengaku muslim," kata Hasan seeprti dikutip Radar Banyumas.
Menurutnya, sejauh ini Serge menunjukkan sikap yang wajar dan cukup kooperatif dengan warga binaan lainnya. Hasan bahkan menyebut Serge tidak terlihat tertekan. "Dia baik, kooperatif juga," ujar Hasan.
Selain kooperatif dengan warga binaan lain, Serge juga dikenal rajin dalam mengikuti kegiatan rohani yang rutin digelar di dalam lapas. "Rajin juga ikut kegiatan terus. Kita kan selalu ada kegiatan, dia selalu ikut," terangnya.
Namun demikian, Hasan mengaku belum mendapat permintaan dari siapapun untuk menjadi rohaniawan pendamping terpidana mati. "Sampai sekarang tidak ada, saya rutin ke Nuskambangan, karena banyak  kegiatan rohani di tiap lapas," tegasnya.
Sementara, pantauan Radar Banyumas di Dermaga Wijayapura Minggu (1/3) , tidak terlihat aktifitas yang meningkat. Suasana dan penjagaan terpantau normal seperti hari biasa.(far/jpnn)

Rumah Yesus di Masa Lalu

Begini Tampilan Rumah Yesus di Masa Lalu

VIVA.co.id - Tim arkeolog Inggris mengumumkan sebuah situs kuno merupakan rumah tempat Yesus dibesarkan. Berdasarkan penanggalan dan penelitian, tim peneliti mengatakan rumah Yesus itu menunjukkan abad pertama masehi. 

Melansir Live Science, 2 Maret 2015, arkeolog membeberkan rumah Yesus itu tergolong sederhana. Dindingnya terbuat dari adukan tanah lempung-batu dan dipotong menjadi bukit berbatu.

Arkeolog Universitas Reading Inggris, Ken Dark, menegaskan tim sejauh ini belum bisa benar-benar memastikan apakah Yesus mendiami rumah tersebut. Namun, hasil penelitian menguatkan hipotesa peneliti. 

"Apakah ini tempat Yesus dibesarkan? Tak mungkin untuk mengatakan dalam basis arkeologi. Tapi, di sisi lain, tak ada alasan yang bagus untuk mengabaikan identifikasi arkeologi ini," jelas Dark. 

Ditambahkan Dark, sebenarnya timnya bukan pihak yang pertama kali menemukan dan meyakini situs tersebut sebagai rumah Yesus. 

Riwayatnya bermula pada 1880-an. Saat itu, jelas Dark, biarawati Nazareth merupakan penemu pertama situs. Namun, pada waktu itu, biarawati hanya mendasarkan pada keyakinan situs tersebut merupakan lokasi bersejarah Yesus. 

Selanjutnya pada 1936, Henri Senes, seorang arsitek yang juga pastur, mengunjungi situs dan mencatat secara detail struktur atas seizin biarawati setempat. Catatan Senes saat itu dirahasiakan, tak dipublikasikan secara luas. 

Kemudian pada bibit penelitian pembuktian situs tersebut kembali dirintis mulai 2006. Biarawati mengizinkan Proyek Arkeologi Nazareth mengakses secara penuh ke dalam situs, termasuk dalam gambar dan catatan yang dibuat pastur Senes. 

Tim Dark yang meneliti belakangan menggabungkan semua hasil catatan mulai dari analisis Senes, catatan biarawati, penggalian, informasi dan penelitian sebelumnya. Selanjutnya, tim Dark berupaya merekonstruksi situs tersebut hingga sampai pada kesimpulan situs itu merupakan rumah Yesus.


Dibangun gereja

Arkeolog juga mengungkapkan, selama berabad-abad jejak rumah Yesus itu disamarkan dengan bangunan 'Gereja Gizi' yang dibangun di atas situs oleh Kekaisaran Bizantium. Tujuannya yakni untuk melindungi situs. Selain gereja, di dekatnya juga terdapat dua makam kuno.

Seorang Pelaku Pembegalan Tewas karena Dihakimi Massa di Pasar Minggu

Cerita Begal Motor Panik, Tak Sempat Gunakan Golok

VIVA.co.id - Aksi main hakim sendiri terhadap begal jalanan kembali terjadi. Kali ini terjadi di perlintasan rel kereta, Pertigaan Volvo, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu pagi, 1 Maret 2015.
Ani, seorang saksi mata yang sedang jalan kaki di sekitar rel mengatakan, awalnya perlintasan rel kereta berbunyi. Ada pengendara motor Yamaha V-Ixion yang melintas dari Pasar Minggu menuju Kalibata turut antre menunggu kereta. Dari belakang, datang empat orang dengan dua sepeda motor memepet V-Ixion. 

"Lalu salah satu pembonceng merampas motor, tapi belum kena orang-orang di sekitar rel teriak begal-begal," katanya.

Kalang kabut mendengar teriakan itu, empat begal itu putar balik dan kabur ke arah Pasar Minggu. Sementara di Pertigaan Volvo, yang jarak dengan pintu rel sekira 100 meter, sudah menghadang belasan tukang ojek. 

Nahas, satu dari dua motor itu jatuh tepat di Pertigaan Volvo. Pengendaranya bisa bangun dan kabur menyusul dua teman yang lain. Satunya lagi, yang merupakan begal pembonceng, apes. Dia langsung dihakimi masa yang geram.


Golok tak sempat dipakai

Menurut Ani, setelah melihat begal itu membawa golok, massa langsung geram dan menghakiminya. Pantauan VIVA.co.id, luka memar hampir terjadi di seluruh tubuh. Luka paling parah di bagian kepala.

Sayangnya, meski bawa golok, para begal itu belum sempat memakainya. Termasuk yang tertangkap. Massa terlanjur beringas. Beberapa saat kemudian, baru datang satu polisi. Polisi itu langsung mengamankan begal dan menjaga dari amukan massa.

Pelaku begal yang belum diketahui identitasnya itu masih dalam kondisi kritis saat dibawa ke rumah sakit dengan mobil bak terbuka. Namun, nyawa pelaku begal tersebut akhirnya tak tertolong.

Marina Dobosova Mengira Agama Islam Seram

Mahasiswa UMM Marina Dobosova.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia pada pertengahan 2012 lalu, Marina Dobosova, masih ragu dengan kesan 'menakutkan' umat Islam di Indonesia. Bagaimana tidak, sepanjang pengalaman perjalanannya ke berbagai negara, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) asal Slovakia ini hanya memiliki informasi yang sangat minim tentang Indonesia.
“Bahkan di Eropa, kesan Islam itu seram, jadi saya sempat takut waktu itu,” kata Marina dalam siaran pers yang diterima Republika. Namun begitu memasuki lingkungan Kampus Putih, semua stereotipe negatif itu sirna. UMM diakuinya sebagai kampus yang di dalamnya ada beragam latar budaya tetapi sangat harmonis.
Menurut dia, Indonesia sangat menarik bagi Marina, tetapi UMM lebih menarik lagi. Indonesia, kata dia, menjadi negara yang berhasil melaui fase transisi demokrasi, seperti halnya Slovakia yang lepas dari komunisme Uni Soviet. “Itulah sebabnya saya tertarik studi tentang media di Indonesia untuk disertasi saya di Slovakia University,” ungkap jurnalis yang mulai menyukai makanan soto ayam ini.
Pengalaman liputan ke berbagai negara itu dibagikannya ke mahasiswa UMM dalam perkuliahan di kelas. Marina sempat menjadi volunteer untuk mendampingi dosen mengajar mata kuliah Jurnalisme maupun Media dan Masyarakat di Prodi Ilmu Komunikasi (Ikom). “Saya suka berbagi pengalaman ketika menjadi wartawan dan berkeliling ke 11 negara. Saya harap itu bermanfaat,” tuturnya. 
Marina adalah satu dari puluhan mahasiswa asing UMM. Melalui beasiswa Darmasiswa dari pemerintah RI, ia belajar bahasa dan budaya Indonesia. Di luar itu, ia dapat membantu dosen untuk mengajar secara sukarela. Hal ini juga dilakukan oleh mahasiswa asing lain yang sedang studi di UMM, baik dari program Internship maupun AISEC.  

“UMM ini kampus besar dan megah. Di Slovakia belum ada kampus sebesar ini karena negara saya memang kecil. Tapi saya suka di sini karena damai, orang Islam ternyata suka damai, toleran, tidak mengekang,” ujarnya.