VIVA.co.id – Sejumlah negara-negara di Timur Tengah kompak memusuhi Qatar yang diawali oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, Bahrain dan disusul negara-negara lainnya. Negara Qatar yang tergolong berpenduduk kecil itu dituduh sebagai pihak yang mendukung terorisme, baik Ikhwanul Muslimin, ISIS dan Al-Qaeda.
Pengamat Timur Tengah yang merupakan Peneliti LIPI, M. Hamdan Basyar mengatakan, 'pengeroyokan' itu tak terjadi begitu saja. Salah satu penyebabnya adalah kunjungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Arab Saudi beberapa waktu lalu, yang menyampaikan pesan bagi negara Islam untuk memerangi terorisme sendiri.
"Pintu masuknya ketika Trump datang menyampaikan isu teroris, maka terjadilah pengeroyokan itu," kata Hamdan, dalam diskusi perspektif Indonesia bertema 'Koq, Qatar Dikeroyok?' di Gado-Gado Boplo, Menteng, Jakarta, Sabtu 10 Juni 2017.
Menurut Hamdan, ideologi Ikhwanul Muslimin yang tersebar di timur tengah memang cukup membahayakan bagi banyak negara di sana. Bahkan, Arab Saudi dan sekutunya telah merilis 59 orang dan 12 institusi yang diduga terkait dengan terorisme.
"Tapi list dari Arab itu ditolak oleh Qatar, dan sebagian (list) itu memang adalah dari Bahrain, Mesir, dan memang beberapa ada semacam pelarian. Ini sebenarnya masalah teroris sedunia ini, definisi teroris ini jadi perdebatan, makanya ini ditolak Qatar," kata dia.
Selain itu, sambung dia, penyebab lain negara timur tengah memusuhi Qatar, adalah lantaran Qatar merupakan ancaman yang cenderung mendorong reformasi di pemerintahan. Qatar menurut dia, selalu ingin menjebol pintu tradisional sebuah pemerintahan.
"Memang Qatar mendukung reformasi internal masing-masing (negara). Ini membuat ancaman di negara konservatif, Mesir misalnya, kenapa mendukung pengeroyokan Qatar, karena Qatar mendukung Mursi misalnya," tutur dia.
No comments:
Post a Comment