Liputan6.com, Vilnius - Ilmuwan asal Kanada yang meneliti sebuah mumi dari Vilnius, Lithuania, menemukan sebuah varian virus cacar tertua di dunia, di dalam tubuh jasad diawetkan itu.
Temuan tersebut diklaim mampu merombak seluruh tatanan historis mengenai perkembangan virus cacar, yang dahulu sempat menjadi wabah paling mematikan di muka Bumi.
Menurut penelitian terdahulu, catatan sejarah dari China dan India, dan observasi terhadap sejumlah mumi di Mesir, komunitas akademik menghasilkan hipotesis yang menyatakan bahwa virus cacar telah ada di muka Bumi sejak puluhan ribu tahun yang lalu. Hipotesis itu dianggap sebagai sebuah kebenaran tunggal untuk sekian lama.
Namun, setelah temuan terbaru dari hasil analisis mumi dari Vilnius Lithuania, hipotesis tersebut diyakini akan mengalami perombakan besar, demikian seperti yang disadur dari History.com, Kamis (8/6/2017).
Mumi Vilnius Lithuania (Kiril Cachovski/the Lithuanian Mummy Project)
Tim peneliti dari McMaster University di Kanada mengawali penelitian visioner itu dengan membandingkan DNA dari sisa-sisa variola --virus penyebab cacar-- yang ditemukan di dalam jasad mumi Vilnius Lithuania dengan virus cacar moderen dari tahun 1940-an hingga 1970-an.
Berdasarkan hasil perbandingan itu, tim peneliti menyimpulkan bahwa virus cacar baru muncul dan berkembang beberapa ratus tahun yang lalu, yakni sekitar 1588 hingga 1645.
Para peneliti asal Kanada itu menganalisis sebuah jasad mumi Vilnius Lithuania yang diperkirakan masih berusia 2 hingga 4 tahun saat tewas. Diperkirakan, jasad bocah tersebut meninggal sekitar Abad ke-17, di kala wabah cacar melanda sebagian besar daratan Eropa.
Jasad bocah itu merupakan satu dari sekitar 200 mumi yang ditemukan di bawah gua bekas reruntuhan Dominican Church of the Holy Spirit, di Vilnius, Lithuania.
Jasad itu ditemukan sekitar tahun 1960-an oleh Juozas Albinas Markulis dan mahasiswanya dari Vilnius University, saat Lithuania di bawah kependudukan Uni Soviet.
Pada saat penemuan 1960-an, Markulis menemukan sekitar 500 jasad di bawah gua reruntuhan Dominican Church of the Holy Spirit. Namun, hanya 200 di antaranya yang mengalami mumifikasi.
Temperatur dingin yang nyaris mencapai titik beku disertai dengan sirkulasi udara yang baik membantu proses mumifikasi jasad-jasad tersebut. Dan sejak Abad ke-17 hingga ditemukan oleh Markulis pada 1960-an, jasad termumifikasi itu konstan dalam keadaan awet tanpa pembusukan.
Akan tetapi, karena mengalami kesalahan penanganan dan pelestarian, pada 2004, hanya tersisa 23 jasad yang masih termumifikasi dari total 200 mumi yang ditemukan oleh Markulis pada 1960-an. Maka sejak 2004, ke-23 mumi itu diawasi secara ketat oleh lembaga ilmu pengetahuan Lithuania.
Sejak 2012, komunitas akademik mulai intens melakukan riset terhadap mumi Vilnius Lithuania demi mengetahui pola hidup dan jenis penyakit mereka di Abad ke-17 hingga ke abad ke-19 serta keterkaitannya dengan kesehatan manusia moderen.
Mumi Vilnius Lithuania (Kiril Cachovski/the Lithuanian Mummy Project)
Dan pada 2016 lalu, tim peneliti menemukan sisa-sisa variola di dalam salah satu mumi Vilnius Lithuania. Temuan itu mengindikasikan bahwa sejumlah jasad lain yang ditemukan di bawah gua bekas reruntuhan Dominican Church of the Holy Spirit itu tewas akibat penyakit cacar.
Temuan itu dianggap mampu merombak hipotesis tradisional tentang riwayat perkembangan virus cacar. Karena hipotesis tradisional menyebutkan bahwa cacar telah ada sejak puluhan ribu tahun yang lalu, berdasarkan temuan ruam menyerupai cacar pada salah satu mumi peradaban Mesir Kuno.
Akan tetapi, temuan McMaster University menawarkan sebuah argumen baru, bahwa virus cacar baru mulai berkembang sekitar 500 tahun yang lalu.
Setelah membunuh sekitar 300 juta orang pada abad ke-20, wabah cacar dinyatakan tak lagi menjadi pandemik di muka Bumi sejak 1980. Khususnya ketika PBB intensif mengkampanyekan vaksin cacar pada sejumlah negara di dunia.
No comments:
Post a Comment