REPUBLIKA.CO.ID, MARYLAND -- Direktur Vogue Sally Singer mengatakan edisi Vogue untuk merayakan ulang tahun ke-125 ditujukan untuk merespons pernyataan Presiden AS Donald Trump selama ini. "Ini merupakan gerakan wanita untuk mendapatkan kekuatan," katanya.
Kehidupan Muslim Amerika banyak berubah sejak kampanye Trump. Menurutnya, ini saatnya wanita bergerak dan menunjukkan kekuatannya.
“Dengan melihat foto-foto yang ditampilkan Vogue, menunjukkan adanya kedamaian sebelum datangnya badai," tulis Julia Felsenthal dalam ficernya dilansir Vogue, pekan lalu.
Sebelumnya, Trump melarang warga terutama dari tujuh negara yang mayoritas warganya Muslim masuk Amerika. Mereka juga diminta meninggalkan Amerika. Ini membuat Muslim dari negara tersebut yang bermigrasi ke AS merasa teralienasi dan diperlakukan tak adil.
Juru Bicara dan Manajer Council on American-Islamic Relations in Washington, DC di Maryland Zainab Chaudry. (Lynsey Addarrio)
Hanya dalam beberapa pekan masjid dibakar. Bahkan Muslim yang tak berasal dari tujuh negara tersebut juga dilarang masuk AS.
"Sesungguhnya kita semua sama tak peduli apa pun agamanya. Semua wanita ingin bahagia, sukses, dan jika mereka berkeluarga mereka ingin yang terbaik bagi anak-anaknya," kata seorang jurnalis foto Lynsey Addarrio.
Sebagai bentuk protes terhadap pernyataan Trump yang diskriminatif terhadap Muslim dan Latin, Vogue menampilkan berbagai foto wanita Muslim. Vogue juga menampilkan foto-foto para wanita Latin di Los Angeles.
Vogue merayakan ulang tahunnya dengan menampilkan kehidupan dan kisah perempuan Amerika yang beragam di seluruh AS. Di antara kisah yang ditampilkan adalah sebuah komunitas perempuan Muslim di Maryland yang mengingatkan pembaca bahwa komunitas tersebut menempati porsi yang krusial di AS.
Edisi khusus ulang tahun tersebut diberi judul "Perempuan Amerika". Jurnalis foto Lynsey Addarrio menampilkan karyanya dalam ficer berjudul "Islam di Amerika", yang fokus pada kehidupan empat perempuan Muslim di Maryland.
Lyric Harris (tengah) membagikan makanan bagi tunawisma di Baltimore bersama suaminya kelahiran Chad yang kini menjadi warga AS. (Lynsey Addarrio)
Addarrio telah puluhan tahun memfoto pria dan perempuan Muslim, biasanya di kawasan yang didera konflik dan perang. Namun, dengan meningkatnya Islamofobia, dia merasa ini waktu yang kritis untuk melakukannya di AS.
"Sejak Trump menjabat, dia mengeluarkan perintah eksekutif secara langsung dan secara tidak adil menargetkan Muslim. Menurut saya, penting bagi media arus utama menunjukkan Muslim adalah warga Amerika, dan banyak warga Amerika adalah Muslim. Saya harap kisah ini mampu mengubah persepsi yang salah," katanya, dikutip dari Huffington Post, pekan lalu.
No comments:
Post a Comment