MERDEKA.COM. Kerusuhan 13 Mei-15 Mei 1998 adalah salah satu sejarah bagi Bangsa Indonesia di mana kekuasaan zaman Orde Baru Soeharto lengser. Pemerintahan yang telah dijalani oleh Soeharto selama 32 tahun dalam sekejap sudah berganti akibat kerusuhan yang terjadi.
Kerusuhan ini diawali krisis finansial id negara kawasan Asia, dan tragedi Trisakti yang menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti akibat tertembak dalam aksi demonstrasi pada 12 Mei 1998. Pada kerusuhan ini, banyak toko maupun perusahaan dihancurkan amukan massa, terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa.
Konsentrasi kerusuhan terbesar terjadi di Jakarta, Bandung, dan Surakarta. Terdapat ratusan wanita keturunan Tionghoa yang dikabarkan diperkosa dan mengalami pelecehan seksual selama berlangsungnya kerusuhan tersebut.
Dalam kerusuhan tersebut, banyak warga keturunan meninggalkan Indonesia, termasuk Liem Sioe Liong atau Sudomo Salim. Om Liem, demikian pengusaha yang dekat dengan penguasa Orde Baru itu biasa disapa, ikut meninggalkan kediamannya di Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat. Om Liem memutuskan pergi ke Singapura untuk mengungsi sebelum kerusuhan memuncak.
Benar saja, kerusuhan mendatangi rumah megahnya. Ratusan massa datang untuk menjarah kediaman pengusaha yang sempat menyandang gelar orang terkaya di Indonesia itu. Warga lantas membakar bangunan super megah dan berlantai dua tersebut.
Menurut kabar, Om liem sempat kembali ke Indonesia dan melihat kondisi rumahnya sebelum meninggal dunia pada usia 95 tahun di Singapura, Minggu (10/6/2012), pukul 15.50 waktu setempat.
Di tahun 2013 ini, 15 tahun sejak peristiwa kerusuhan Mei 1998 terjadi. Banyak bangunan yang dulu dibakar habis sudah disulap kembali menjadi tempat baru namun tidak dengan rumah milik Om Liem.
Pantauan merdeka.com, Sabtu (11/5) kediaman super megah itu tampak tidak terurus. Kondisi yang berantakan dan pagar ditutup seng setinggi sekitar 1,5 meter itu justru berkesan angker.
"Sejak peristiwa 98 udah ngga ada yang nempatin, dibiarin aja seperti itu dan listrik juga enggak ada," ujar pemilik warung sekitar rumah Om liem, Minah.
Meski tak terawat dan dipenuhi rumput liar, bangunan tersebut masih tampak megah dan berdiri dengan sangat kokoh. Dengan tanah yang cukup luas, rumah yang berada di tepi jalan dan di hook itu tidak pernah disambangi siapa pun.
"Tidak ada yang pernah datang," kata Minah.
Dari lubang kecil di sela-sela seng yang menutupi pagar rumah, terlihat kondisi kediaman itu sangat berantakan. Sayang, tidak banyak yang terlihat dari lubang kecil itu.
Mesti sudah lama berlalu, rumah super megah Om Liem adalah bukti dan menjadi saksi bisu bagaimana kerusuhan 1998 pernah terjadi. Kini, mesti Om Liem pernah diintimidasi, usaha bisnis yang dulu dia bangun seperti BCA serta Indofood dan masih banyak perusahaannya lainnya tetap bersinar bahkan terus dimanfaatkan bagi Bangsa Indonesia.
No comments:
Post a Comment