detik - Jakarta, Penyakit autoimun diketahui lebih sering ditemukan pada wanita dibanding pria. Sebagian besar terjadi pada wanita dengan rentang usia 20 sampai 40 tahun. Mengapa demikian?
"Karena seringkali berhubungan dengan hormonal, hormon estrogen. Jadi beruntunglah yang laki-laki. Perempuan itu hormon estrogennya cukup tinggi," ujar pakar autoimun, Dr dr Iris Rengganis SpPD, KAI.
Hal ini ia sampaikan usai acara peluncuran buku 'Autoimmune The True Story' di APL Tower 41st floor, Central Park, Jakarta Barat, kemarin, Minggu (9/7/2017).
Pada satu teori, hormon estrogen memang sangat mempengaruhi penyakit autoimun. Karena itu, pada ibu hamil, lupus atau lainnya, ketika hamil harus betul-betul menjaga kandungannya dengan baik.
"Kalau itu pada orang hamil, lupus, atau autoimun lainnya, itu kehamilannya harus kita jaga banget, bisa keguguran, bisa juga anaknya kecil nggak tumbuh," kata dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
dr Iris menambahkan, walau gejala penyakit autoimun yang menyerang seseorang tidak khas, sebaiknya periksakan lebih dini. Saat ini bisa minta pada dokter umum untuk melakukan cek laboratorium autoimun.
"Kalau sekarang kan dunianya udah beda dengan dulu, udah periksa ini, periksa ini, baru autoimun. Sekarang dari awal kalau demam nggak jelas, nyeri-nyeri sendi nggak jelas tapi berkepanjangan, nah pikirkan. Dokter umum kan tentara terdepan, dokter umum juga sudah bisa mengerti gejalanya," papar dr Iris.
No comments:
Post a Comment