detik - Jakarta, Sudah menjadi tugas dokter untuk membantu menyembuhkan penyakit atau mencari tahu apa penyebab sakit yang dirasakan pasiennya. Tetapi dokter yang satu ini punya 'kelebihan'.
Sejak kecil, Joel Salinas merasa ada yang berbeda dengan dirinya. Semisal saat menonton kartun. Ketika karakter kartun yang ditontonnya digambarkan sedang ditabrak truk, ia mengaku merasakan kesakitan yang sama seolah-olah baru saja ditabrak truk.
Begitu pula saat duduk di bangku sekolah menengah. Hanya karena melihat teman-temannya berkelahi, Joe merasakan kesakitan yang sama dengan mereka.
Barulah saat Joe kuliah kedokteran, ia mengenal apa itu 'mirror-touch synesthesia' kondisi yang dialaminya selama ini.
"Bisa dibilang kondisi ini yang membuat saya termotivasi untuk sekolah kedokteran dan membantu meringankan beban orang lain. Karena jika ini bisa membantu mereka, maka saya juga akan terbantu," ucapnya seperti dilaporkan CNN.
Dr Joel berbicara tentang kondisi langka yang dialaminya, 'mirror-touch synesthesia'. (Foto: Massachusetts General Hospital/CNN)
'Mirror-touch synesthesia', sesuai dengan namanya adalah kondisi saraf di mana seseorang dapat merasakan sensasi emosional maupun fisik yang dialami orang lain. Kondisi ini terbilang langka, karena diperkirakan hanya terjadi pada dua dari 100 orang saja.
Joe lebih suka melihatnya sebagai empati tingkat tinggi. "Ada bagian di otak kita yang bisa 'menirukan' perasaan orang lain, dan pada orang-orang seperti kami, bagian otak itu lebih besar dan lebih aktif dibanding yang tidak mengalaminya," terang Joe yang juga ahli saraf dari Massachusetts General Hospital.
Pria ini juga merasa beruntung bisa membantu orang lain karena dari beberapa pasien yang sama dengannya, sebagian besar dari mereka cenderung menutup diri dari dunia luar atau terisolasi karena tak sanggup menghadapi apa yang mereka bisa rasakan.
Ketika berada di tengah-tengah pasiennya, Joel pun menerapkan teknik khusus agar bisa tetap fokus. "OK, tidak ada yang buruk dengan saya, tetapi dengan pasien yang akan saya hadapi. Kini saya harus melakukan sesuatu untuk membantu mereka," tuturnya.
Terbukti, kemampuan Joel ada gunanya. Joel mengisahkan, ia pernah dimintai bantuan untuk menangani seorang pasien cerebral palsy yang tak bisa bicara. Pasien wanita ini juga menolak berinteraksi dengan para suster.
"Begitu saya masuk ruangan di mana ia berada, saya merasa dada saya naik turun, begitu juga dengan otot bahu saya. Secara klinis, ini menunjukkan bahwa si pasien mengalami gangguan pernapasan," urainya.
Joel lantas merekomendasikan tim dokter lain agar melakukan prosedur pencitraan pada si pasien, dan ini berujung pada ditemukannya gumpalan darah di dalam paru-paru pasien tersebut.
"Ia panik bukan karena marah atau emosi lainnya. Ia hanya susah bernapas. Tetapi tanpa kemampuan sinestesia saya, mungkin saya takkan pernah tahu apa yang terjadi padanya," imbuhnya.
Testimoni juga datang dari pasien Joel bernama Bob McGrath. Kebetulan Bob memiliki masalah dengan pengobatannya di mana salah satunya mengakibatkan tremor dan penurunan kognitif. Hanya dengan melihat Bob, Joel langsung tahu obat mana yang menyebabkan efek samping tersebut.
"Ia sampai menelepon saya tiga kali dalam sehari untuk memastikan kondisi saya. Saya kira itu hal yang tidak lazim dilakukan seorang dokter," pujinya.
No comments:
Post a Comment