REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Pada Rabu (21/6) siang hari, Hafidz Faidi selaku fasilitator pemberdayaan Rumah Zakat Cabang Bekasi mengunjungi rumah Abdul Karja salah satu anggota usaha binaan Rumah Zakat. Abdul Karja Khaerudin merupakan seorang difabel netra yang memiliki semangat untuk mandiri lewat jualan telor asin.
Abdul Karja atau biasa dipanggil Bang Karja tinggal di Kampung Rawa Palangan RT01/06 Desa telaga Murni, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Cikarang Barat. Ia memiliki empat anak dari seorang istri bernama Partini. Mereka antara lain Hermawan (25 tahun), Muhamad Ridho (19 tahun), Nukhaila Khansa Azahra (4 tahun), dan Hikam Atalhanif Al Fatih (8 bulan).
Usaha telor asin yang dijalani oleh Bang Karja, berawal dari ajakan teman dekatnya untuk bekerja sama. Bermodal dari pinjaman uang temannya yang juga pemasok telor bebek mentah, sedangkan Bang Karja sebagai produsen telor asin dan memasarkannya.
Berjuang menafkahi keluarganya dengan berjualan telor asin, beliau juga merupakan seorang hafidz Alquran dimana saat ini hafalannya sudah mencapai 15 Juz. "Alhamdulillah, Allah sudah mengkaruniakan kemampuan kepada Saya. Mampu untuk menafkahi Keluarga melalaui jualan telor Asin juga Saya dikasih kepercayaan untuk mengimami jamaah masjid,” ujatr Bang Karja kepada Fasilitator Rumah Zakat, seperti tertuang dalam siaran pers Jumat (23/6).
Sekitar hampir dua tahun usaha telor asin dijalaninya, berbagai ujian dan tantangan yang dialami. Namun demikian, Bang Karja tidak mau menyerah, dengan melibatkan istri juga anaknya Ridho yang masih duduk di SMA kelas 2. Setiap hari mereka berkeliling memasarkan telor asin dari Cikarang Barat hingga Bekasi timur, menjajakan jualannya dengan berjalan kaki.
"Dari Cikarang Barat hingga Bekasi timur kami jalan kaki, sudah rutin setiap hari dan sudah banyak yang jadi langganan. Alhamdulillah, setiap hari sekitar 100 sampai 150 butir telor asin terjual dengan harga Rp 3.000 per butir,” kata Bang Karja.
Menginjak ke tiga tahun kerja sama usaha telor asin mendadak berhenti karena teman Bang Karja sebagai pemodal membutuhkan biaya banyak untuk kebutuhan keluarganya. Kemudian modal yang dipinjamkan sewaktu dua tahun yang lalu harus dikembalikan. Hal tersebut mengakibatkan usaha Bang Karja berhenti. Namun demikian Bang Karja, selalu menerimanya dengan lapang dada.
Apapun yang terjadi, dengan mengandalkan potensi yang ada seperti seorang penghafal Alquran dan mampu untuk memimpin doa dalam acara pengajian warga. Bang Karja sering diundang dan memandu pengajian, kemudian warga pun selalu memberikan sejumlah uang untuk mengganti jasanya tersebut.
Waktu terus berjalan, sampai akhirnya Bang Karja dipertemukan dengan Rumah Zakat. Selang beberapa waktu di tahun 2017 ini, bantuan modal usaha serta pendampingan usaha sebagai member binaan diberikan kepada Bang Karja. "Kami sekeluarga tidak nyangka kalo akan mendapatkan bantuan modal usaha. Terima kasih atas bantuan modalnya, akan Saya optimalkan untuk perkembangan usaha telor asin," ujar Bang Karja.
Fasilitator Rumah Zakat mengecek produksi telor asin Bang Karja dan istri
Namun demikian bantuan berupa pendampingan dan bantuan modal usaha yang sudah diberikan belumlah memenuhi standar cukup untuk usaha guna memenuhi kebutuhan keluarganya. “Perjuangan Bang Karja memberikan inspirasi bagi Saya pribadi. Usaha beliau akan terus didampingi hingga beliau dan keluarga bisa menjadi mandiri,” kata Hafidz Faidi.
Masih banyak yang dibutuhkan dalam mendukung usaha Bak Karja, seperti sarana sepeda ontel untuk jualan keliling untuk digunakan oleh istri berjualan, alat produksi, dan set up tempat produksi telor asin. Selain itu juga masih membutuhkan tambahan modal usaha agar jumlah produksi semakin banyak serta pemasaran bisa lebih luas.
No comments:
Post a Comment